Assalamu’alaikum …
Ikhawti fillah, pernahkah terlintas dalam benak kita suatu pertanyaan, “Mengapa kata “As-Sam’u” di dalam Al-Qur`an selalu diungkapkan di bagian paling depan (lebih dulu disebutkan ketimbang indra yang lain) dalam ayat Al-Qur`an yg menyinggung tentang pancaindra?” (boleh dah antum cek sendiri, hehe..ehe..)
Kalo sudah trus apa ni jawabannya… ?
Kalo mang lum pernah, nah tu menandakan kurangnya perhatian kita akan wahyu Ilahi tersebut. So, buruan pelajari …(krn qt g bakalan bisa jalanin Islam yg benar tanpa mempelajari n memahami Al-Qur`an).
Ok langsung aja …!

Kata “As-Sam’u” selalu diungkapkan di bagian paling depan dalam ayat Al-Qur`an yang menyinggung soal nilai pancaindra yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Ini bermakna, indra pendengaran memiliki nilai dan peran lebih besar ketimbang indra lainnya.
Indra pendengaran merupakan instrumen (alat) paling pokok dan penting bagi setiap manusia untuk mencerap pelbagai informasi yang berkaitan dengan keberadaan alam semesta ini. Salah satu mu’jizat Al-Qur`an adalah bahwa ia dibawa dan disampaikan oleh seorang Nabi yang ‘ummi (buta huruf), yang tak dapat membaca dan menulis, namun mampu mendengar. Tentu saja hal ini merupakan dalil terbesar dan terkuat yang menunjukkan kehebatan nas Al-Qur`an; yang berkat indra pendengaran, ia (Al-Qur`an) dapat menembus, merasuki, dan singgah di setiap relung hati manusia.

Adapun ayat-ayat tersebut antara lain:

(QS. An-Nahl [16]:78), (QS. Al-Isra` [17]:36), (QS. Al-Mu`minun [23]:78), (QS. As-Sajdah [32]:7-9), (QS. Al-Ahqaf [46]:26), dan (QS. Al-Mulk [67]:23).

Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang terbilang sangat pesat, kalangan ilmuwan berhasil membuktikan bahwa indra pendengaran sangat penting dan dibutuhkan seseorang untuk dapat berbicara. Mereka juga berhasil mengungkapkan fakta bahwa proses pendengaran sangat erat kaitannya dengan seluruh fungsi pancaindra.

Berkat suara atau bunyi-bunyian yang dicerap pendengarannya, manusia dapat mengetahui hal-hal yang ada di sekitarnya (dalam radius atau jarak tertentu) untuk kemudian disimpan dalam ingatannya. Darinya, ia pun dapat mengenali kembali hal yang sama dari suara atau bunyi2an di kemudian hari- yang pada gilirannya dikenali pula ciri-ciri lainnya, baik yang berkenaan dengan kondisi atau bentuk fisik, aroma dan sebagainya. Lebih ajaib lagi, dari hasil temuan dan bukti-bukti ilmiah modern, terungkap kenyataan yang tak terbantahkan bahwa setiap manusia memiliki intonasi (tingkatan nada) suara yang khas dan berbeda satu sama lain.
Pada dasarnya, proses bekerjanya indra pendengaran yang menjadikan seorang manusia dapat mengenali dan mengetahui makhluk-makhluk atau benda-benda yang ada di sekitarnya sangatlah rumit. Namun, dalam sekejap saja, sesorang mampu membedakan sejumlah suara lewat proses indrawi yang pelik dan berlangsung terus menerus–tentu saja sepanjang alat pendengarannya berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam hal ini, Allah swt menciptakan telinga bagian luar (maksudnya, daun telinga) yang berfungsi menampung dan mengumpulkan sejumlah gelombang suara dengan cara sedemikian rupa, sehingga memungkinkan pemiliknya (manusia) dapat mendengar suara-suara atau bunyi-bunyian yang berasal dari segala arah.

Gelombang-gelombang suara tersebut akan mengalir melewati saluran telinga bagian luar menuju selaput halus yang umum dikenal dengan nama “gendang telinga”. Dalam perjalanannya melewati selaput telinga bagian luar, rangkaian gelombang suara itu akan mengahasilkan tekanan yang semakin kuat. Akibat tekanan itulah, gendang telinga akan bergetar, yang kemudian disusul dengan bergetarnya sebuah alat besar dan lembut yang berada di belakangnya. Alat (yang ikut bergetar) ini kemudian mengirimkan rangkaian getaran suara tersebut ke pucuk-pucuk syaraf pendengaran.
Lalu, rangkaian getaran suara yang diterimanya itu dibawa melalui sistim syaraf sekunder menuju pusat syaraf pendengaran yang terdapat di otak. Pusat syaraf inilah yang akan menerjemahkan isyarat-isyarat yang diterimanya itu, untuk kemudian dibedakan satu sama lain dan disimpan dalam gudang memori (ingatan) di otak. Ingatan terhadap suara-suara ini pada selanjutnya akan menjadi bahan untuk mengidentifikasi (mengenali) sesuatu di masa-masa akan datang. Namun demikian, sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, proses serumit ini hanya berlangsung dalam waktu sekejap. Perlu diketahui pula bahwa terjadinya kekurangan sepanjang proses tersebut akan menyebabkan kurang sempurnanya fungsi indra pendengaran. Kendati demikian, seseorang masih dapat mendengar hanya dengan menggunakan satu telinga saja.

Subhanallah … nikmat mana lagi yg hendak kamu dustakan …??!

Bersambung …